
Dalam kisah Legenda Istana 27 Gembok, Kerajaan Visigoth memiliki satu istana yang sangat indah di Toledo dan memiliki 27 gembok. Raja-raja sebelumnya selalu berpesan bahwa apapun yang terjadi, istana itu tidak boleh dimasuki oleh siapapun.
Saat Roderick naik tahta, ia sangat penasaran dengan isi istana itu. Pada suatu hari, ia membongkar semua gembok yang ada dan memasuki istana itu. Ternyata di dalam istana itu terdapat sebuah ruangan lagi yang dikunci. Setelah membongkar kunci ruangan itu, Roderick kembali memasuki ruangan yang lebih dalam lagi.
Ternyata di dalam ruangan itu ada sebuah parkemen yang berisi lukisan orang-orang yang sedang menunggang kuda. Mereka memakai baju yang kasar, penuh debu, memakai serban di kepalanya, dan pedang mereka melengkung. Di sana juga terdapat sebuah tulisan,
“Kapanpun ruang
perlindungan ini dilangar dan mantra yang terdapat pada guci ini dilanggar,
orang-orang yang terlukis pada guci ini akan menyerbu Andalusia, menggulingkan
singgasana rajanya, serta menduduki seluruh negeri”
Roderick ketakutan setelah membaca itu dan meyakini bahwa bencana akan menimpa dirinya.
***
Musim panas tahun 711 M (92 H), Thariq bin Ziyad berangkat menuju Al-Andalus. Pasukan Thariq mendarat di Gibraltar dengan membawa pasukan 400 infantri dan 100 kavaleri. Pasukan ini bertugas memperlajari bagaimana medan perang Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang Semenanjung Iberia.
Dalam serangan berikutnya, Thariq bin Ziyad membawa sekitar 7000 pasukan orang Berber. Mereka kemudian diperkuat oleh pasukan tambahan orang Arab sebanyak 5000 orang. pada saat itu, Semenanjung Iberia dikuasai oleh bangsa Visigoth yang memiliki raja bernama Roderick.
Menurut kisahnya, setahun sebelumnya seorang yang bernama Roderick berhasil naik tahta menjadi raja Visigoth. Julian yang juga merupakan bangsawan Visigoth setuju untuk menjadi pengikuti Roderick. Julian kemudian mengirimkan salah satu putrinya ke istana Roderick untuk mendapatkan pendidikan.
Namun hal tersebut pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Julian. Purtri Julian justru di perkosa dan diberlakukan dengan tidak baik oleh Roderick. Julian pun marah setelah mengetahui bahwa Roderick adalah raja yang tamak.
Julian mengetahui Thariq sedang menginvansi Semenanjung Iberia kemudian ia menghubungi Thariq bin Ziyad dan mereka membuat kesepakatan perdamaian, dan Julian memutuskan untuk membalas dendam dengan cara membantu Thariq dan orang-orang Berber dengan menyediakan kapal untuk mereka ke Andalusia.
Ketika itu Visigoth Hispania dalam kondisi internal kerajaan yang tidak stabil. Seolah kutukannya akan menjadi kenyataan, Roderick masih mampu mengumpulkan pasukannnya dangan jumlah yang jauh lebih banyak dari pasukan Thariq. Namun, Roderick sudah tidak merasa yakin karena pasukannya dirasa sudah tidak memiliki kesetiaan terhadap dirinya.
Syahdan, momentum itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh Thariq bin Ziyad untuk menaklukan Roderick dalam Pertempuran Guadalete.
"Buanglah segala ketakutan dari hati kalian, percayalah kemenangan akan dijadikan milik kita dan percayalah bahwa raja kafir itu tak akan mampu bertahan menghadapi serangkan kita. Ia sudah datang bagi menjadikan kita tuan dari kota-kota dan kastil-kastil yang dikuasainya, serta menyerahkan pada kita harta karunnya yang tak terhitung banyaknya. Dan jika kalian menangkap peluang yang kini tersedia, maka itu mampu dijadikan metode bagi kalian bagi memiliki seluruh itu, di samping akan menyelamatkan diri kalian dari kematian yang tak terelakkan".
Kemenangan tersebut membuat Thariq telah menguasai hampir setengah dari Semenanjung Iberia. Hal itu menjadi sangat penting karena sebagai pembuka jalan bagi pasukan muslim menaklukan seluruh wilayah Andalusia di kemudian hari sehingga menjadi dari wilayah muslim selama hampir 8 abad sampai dengan kejatuhannya pada tahun 1492 M.
On this day (July 19), the Battle of Guadalete was fought in southern Spain. Muslim forces under Tariq ibn Ziyad defeated the Visigoths led by their king Roderic.
— Islamic Scientific Heritage (@IslamicSH_) July 19, 2021
The battle marks the beginning of the Umayyad conquest of Hispania. pic.twitter.com/pLDxmjemvC
Thariq bin Ziyad dilahirkan pada tahun 50 H atau 670 M di Kenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Ia bukan seorang Arab, akan tetapi seorang yang berasal dari kabilah (kaum yang berasal dari satu ayah) Berber yang tinggal di Maroko.
Dalam Tarikh Ibnu Nusair, sejarawan mengatakan Thariq adalah budak dari amir kerajaran Bani Umayyah di Afrika Utara yang pada saat itu dipimpin oleh Musa bin Nushair. Lalu Musa membebaskannya dari perbudakan dan mengangkatknya menjadi panglima perang. Thariq bin Ziyad menjadi panglima perang umat muslim untuk menaklukan bangsa eropa di wilayah Semenanjung Iberia. Keteguhan hati dan keberaninanya dalam memimpin pasukan menjadi faktor penting atas keberhasilanya menguasai Andalusia.
Layaknya kisah panglima tempur Thariq bin Ziyad yang berhasil mengalahkan bangsa semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal). Kisah yang sama sedikit terulang dalam gelaran Piala Dunia 2022 Qatar. Maroko berhasil mengalahkan raksasa eropa, Spanyol (3-0 babak penalti) dan Portugal (1-0) masing-masing pada babak 16 besar dan quarter final.
Siapa yang menyangka, Maroko yang sebagian besar pemainnya tidak bermain di benua biru menjadi tim yang awalnya tidak diunggulkan justru mampu melaju jauh hingga menjadi tim dari benua Afrika pertama dalam sejarah Piala Dunia yang mampu menembus babak semi final.
This Morocco team will go down in history 🇲🇦 pic.twitter.com/j90HWRF1D7
— GOAL (@goal) December 14, 2022
Sayangnya, di partai semi final melawan negara Semenanjung Iberia lainnya yaitu Prancis, Maroko gagal memenangkan pertandingan. Kedigdayaan sang juara bertahan mampu mengandaskan impian seluruh rakyat Maroko dan sebagian umat muslim dunia untuk melaju hingga partai final. Dua gol dari Theo Hernadez dan Randal Kolo Muani berhasil menjebol gawang Maroko yang sebelumnya hingga partai semi final lini pertahanan Maroko hanya kebobolan satu kali.
Walid Regragui menjadi sosok dibalik gemilangnya penampilan Maroko sejauh ini. Ia ditunjuk menjadi panglima tempur tim nasional Maroko hanya tiga bulan menjelang Piala Dunia 2022 dihelat, tepatnnya pada bulan Agustus lalu menggantikan Vahid Halilhodzic.
Ditunjuk sebagai pelatih tim nasional Maroko pada usianya yang saat ini menginjak 47 tahun, tentu belum banyak pengalaman menjadi pelatih di level internasional. Namun, melihat CV-nya, pelatih yang identik dengan kepala plontosnya ini cukup menjanjikan.
Ia memulai karir kepelatihan dari menjadi staff pelatih di timnas Maroko pada 2012. Saat itu Maroko dilatih oleh Rachid Taoussi, namun pada Oktober 2013 ia diberhentikan sehingga nasib Regragui pun ikut berkahir.
Kemudian Walid Regragui melanjutkan karir kepelatihannya dengan menukangi klub lokal dan beberapa klub di jarizah Arab. Bersama FUS Rabat, ia mampu mempersembahkan Moroccan Throne Cup 2013/2014 dan Batola 2015/2016. Kemudian di Qatar bersama Al-Duhail mampu memenangkan Qatar League pada musim 2019/2020.
Walid Regragui has only been in charge of Morocco for 3 months.
— ESPN UK (@ESPNUK) December 14, 2022
Hakim Ziyech came out of international retirement for this World Cup
Beat Belgium, Spain and Portugal.
This Morocco team are the story of this World Cup 👏🇲🇦 pic.twitter.com/kV9NB5ts6p
Kemudian prestasi yang peling mentereng yang mampu diperoleh Regragui ialah saat bersama Wydad AC, ia sukses meraih gelar juara Liga Champions Afrika 2021/2022 dan Batola 2021/2022, dan selanjutnya adalah sejarah yang kita saksikan bersama-sama.
"Kami akan berjuang keras untuk membuat Anda bahagia". Ungkapnya dilansir dari Morocco World News setelah ditunjuk FRMF menjadi pelatih kepala.
Bersama anak-anak asuhnya, Walid Regregui mampu membawa Maroko melaju hingga semi final Piala Dunia 2022 Qatar. Ia juga mampu membentuk permainan tim nasional Maroko menjadi tim yang solid dan sulit untuk dikalahkan melawan tim besar sekalipun.
Diantara beberapa pemainnya adalah Sofyan Amrabat yang menjadi pembeda dalam lini pertahanan Singa Atlas. Pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan tersebut menjadi motor pemutus serangan-serangan lawan sehingga mampu menjaga kerapatan lini pertahanan Maroko agar tidak mudah di tembus oleh tim lawan.
Bersama Romain Saiss sang kapten tim, Achraf Hakimi, Azzedine Ounahi hingga Yassine Bounou, membuat lini pertahanan Maroko menjadi yang terbaik hingga babak semi final kemarin.
Menurut statistik dari situs FBref dalam hal devensive actions, Sofyan Amrabat mampu memenangkan tekel sebannyak 15 kali dan intecerptions sebanyak 6 kali. Selain itu dalam hal passing Sofyan Amrabat mampu melakukan jumlah passing terbanyak dengan presentase 83% dan menjadi yang pemain yang paling menonjol di timnas Maroko.
Sofyan Amrabat won possession 57 times at the 2022 World Cup, the most by any African player at a single tournament since 1966.
— Squawka (@Squawka) December 17, 2022
A phenomenal effort at a record breaking tournament for his country. #MAR #FIFAWorldCup pic.twitter.com/ohCnYV5XvO
Penampilan apik lini pertahanan Maroko juga didukung oleh penampilan yang tak kalah gemilang dari penjaga gawang Yassine Bounou. Ia mampu menjadi penjaga gawang dengan jumlah clean sheets terbanyak sejauh ini yaitu sebanyak 3 kali sejajar dengan Emi Martinez (Argentina) dan Jordan Pickford (Inggris). Penampilan terbaiknya tentu terlihat dalam pertandingan melawan Spanyol, dimana Bono mampu menggagalkan 3 penendang penalti pertama Spanyol dan membawa Maroko menuju delapan besar bersua Portugal.
Yassine Bounou is one of Morocco's heroes from the World Cup, but what next for the goalkeeper? 🤔 pic.twitter.com/TUc99mKV7h
— 90min (@90min_Football) December 16, 2022
Walid Regragui seolah sedang menjelma Thariq bin Ziyad di era modern. Ia datang bersama pasukannya yang gagah berani dan tak gentar melawan siapapun. Sama halnya dengan Thariq, bangsa Visigoth (Spanyol dan Portugal) pun ia mampu taklukan, yang berbeda ia tidak datang dengan pasukan berkuda, berbaju kasar yang penuh debu atau bahkan menggunakan serban dan memakai pedang yang melengkung. Melainkan datang dengan kepala tegak menuju hamparan rerumputan hijau dan siap bertempur selama 90 menit.
Walid Regragui dan para pemain Maroko saat ini mungkin sedang hidup di dalam impian. Menjadi tim yang tidak diunggulkan dan mampu melaju jauh hingga semi final Piala Dunia adalah mimpi besar semua pemain sepak bola. Layaknya Thariq bin Ziyad yang merupakan seseorang yang awalnya tidak diperhitungkan, namun dengan keteguhan hati, kesungguahan serta keikhlasan dalam membela tanah air menjadi kunci kesuksesan dalam menaklukan sebuah ketidakmungkinan.
Lautan di belakang kalian, musuh di hadapan kalian. Maka demi Allah, kalian tidak punya pilihan lain, kecuali bersungguh-sungguh dan bersabar. -Thariq bin Ziyad
Klik link Daftar Pustaka
#WorldCup #Qatar2022# Morocco #Muslim #Football #History
.jpg)